Oleh: Ustadz Sigit Pranowo
dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.â (QS. Al Baqoroh : 248)
Al Qurthubi mengatakan bahwa tabut diturunkan Allah swt kepada Adam as dan ia terus bersamanya hingga sampai kepada Yaâqub as. Dan pada masa itu Bani Israil berhasil mengalahkan orang-orang yang memerangi mereka yang kemudian bermaksiat hingga dikalahkan oleh Jalut dan pasukannya dan tabut tersebut dirampas oleh musuh mereka.
An Nahas mengatakan bahwa ketika mereka mulai melihat tanda-tanda kebinasaan kaum, para laki-lakinya banyak yang pergi, sebagian mereka menyendiri. Hal demikian terus menjadi buah bibir sehingga para pemimpin kaum mengumpulkan mereka dan mengatakan kepada Nabi mereka pada saat itu,âUtuslah kepada kami seorang raja.â Dan ketika Nabi itu mengatakan kepada mereka,âRaja kalian adalah Thalut.â.. (Al Jamiâ Li Ahkamil Qurâan juz III hal 210)
Ath Thobari mengatakan makna âSesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah kembalinya tabut kepadamuâ adalah sesungguhnya tanda-tanda Thalut menjadi rajaâ"yang kalian minta kepadaku adalah bukti akan kebenaran perkataanku.
Sesungguhnya Allah telah mengutus seorang raja kepada kalian walaupun bukan dari keturunan rajaâ"adalah âdikembalikannya tabut yang didalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu.â. ia adalah tabut yang selalu dibawa oleh Bani israil saat bertemu dengan musuh, bergerak bersamanya sehingga musuh tidak mampu menghadapi mereka dan tidak bisa mengalahkan mereka. Namun kemudian mereka mengabaikan perintah Allah swt, banyak berselisih dengan para nabi mereka, sehingga Allah swt melepaskan tabut itu dari tangan mereka kemudian dikembalikan lagi dan di rampas lagi pada waktu yang lain dan tidak dikembalikan lagi bahkan tidak akan sekali-kali dikembalikan kepada mereka selana-lamanya.
Para ahli taâwil berbeda pendapat tentang sebab kembalinya tabut yang Allah jadikan sebagai tanda kebenaran nabi mereka Samuel dengan perkataannya,
âSesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja.â Apakah Bani Israil merampasnya sebelum itu yang kemudian dikembalikan Allah kepada mereka dan pengembaliannya dijadikan sebagai tanda ataukah mereka tidak pernah merampasnya sebelum itu akan tetapi Allah yang memulainya ?
Sebagian mereka mengatakan bahwa tabut itu adalah warisan sejak masa Musa, Harun sehingga dirampas oleh para raja dari kaum kafir kemudian Allah mengembalikannya kepada mereka sebagai tanda Thalut menjadi raja.
Ath Thobari juga menyebutkan riwayat dari Wahab bin Munbih berkata,âSamuel berkata kepada Bani Israil ketika mereka berkata kepadanya,âBagaimana dia memerintahkan kami , padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberikan kekayaan yang banyak?â (Nabi mereka) berkata,âSesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.â Dan âSesungguhnya tanda ia akan menjadi Rajaâ ialah kembalinya tabut kepadamuâ yang didalamnya terdapat ketenangan dan sisa peninggalan keluarga Musa dan Harun. Tabut itulah yang menjadikan kalian dikalahkan musuh dan kalian dimenangkan atasnya. Mereka mengatakan,âApabila tabut itu datang kepada kami maka kami rela dan menerimanya !
Musuh yang memegang tabut saat itu tinggal dibawah bukit Ilya. Mereka adalah para penyembah berhala, orang-orang kuat yang bengis, kasar dalam berperang yang sudah dikenal masyarakat. Tabut ketika dipegang mereka pernah disimpan disuatu kampung Palestina yang bernama âAzdudâ mereka menyimpan tabut di suatu gereja yang didalamnya penuh dengan berhala merekaâ¦. Dianta ra janji kepada Bani Israil bahwa tabut itu akan kembali kepada merekaâ"tabut itu menjadikan berhala-berhala mereka di gereja itu terjungkil balik kepala-kepalanya. Allah mengirimkan pula kepada penduduk kampung itu tikus-tikus yang membunuh kaum laki-laki dimalam hari dan memakan perut mereka yang diawali dengan memakan duburnya.
Mereka mengatakan,âTahukah kalian demi Allah, sesungguhnya musibah yang menimpa kalian ini belum pernah menimpa umat-umat sebelum kalian. Kita tidak mengetahui apa yang menimpa kecuali sejak adanya tabut ini ditengah-tengah kita !! kalian telah melihat berhala-berhala kalian terjungkil-balik. Tak ada sesuatu pun yang melakukannya kecuali tabut ini! kemudian mereka mengeluarkan tabut itu.
Al Qurthubi juga menyebutkan pendapat yang mengatakan bahwa mereka meletakkan tabut itu di suatu tempat peribadatan mereka yang didalamnya terdapat berhala-berhala dan ternyata berhala-berhala itu menjadi terbalik semua. Ada yang mengatakan bahwa mereka meletakkannya di suatu rumah berhala-berhala, dibawah suatu berhala yang besar namun tiba-tiba didapati tabut itu berpindah diatas kepala berhala tersebut. Lalu mereka mengambil dan mengikatnya di kedua kaki berhala lagi-lagi mereka mendapati kedua tangan dan kaki berhala itu putus dan berada dibawah tabut. Lalu mereka mengambil tabut itu dan menyimpannya di suatu kampung dan seluruh penduduk kampung itu terserang penyakit di leher-leher mereka.
Ada yang mengatakan bahwa mereka meletakkannya di tempat buang air besar kaum namun tiba-tiba mereka ditimpa musibah dengan penyakit wasir dan ketika musibah ini semakin berat maka mereka mengatakan,âini tidak akan terjadi kecuali dikarenakan tabut ini!â
Ath Thobari mengatakan bahwa mereka mengambil gerobak untuk diletakkan tabut itu diatasnya kemudian mereka membawanya. Mereka mengikatkan gerobak itu kepada dua ekor sapi dan memukul bagian sisi tubuhnya. Kemudian datang malaikat yang menggirin g kedua sapi itu. Dan tidaklah satu tempat di bumi yang dilintasi kedua sapi itu kecuali tempat itu akan suci. Kedua sapi yang membawa gerobak berisi tabut itu pun berhenti dihadapan orang-orang Bani Israil, mereka pun bertakbir dan memuji Allah dan bersemangat untuk memerangi musuh dan meminta agar Thalut menuntun mereka.â
Diriwayatkan oleh Ibnu Juraih berkata,â Ibnu Abbas berkata,âKetika Nabi mereka mengatakan kepada mereka,âTahukah akan kembali kepadamu tabut yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun yang dibawa oleh malaikat !!â"dan Musa ketika melempar luh-luh (kepingan dari kayu yang tertulis padanya isi taurat, penâ"maka luh-luh itupun pecah kemudian Musa mengambilnya lagi menyatukan apa-apa yang tersisa darinya dan meletakkannya di dalam tabut.
Ibnu Juraih berkata,âYaâla bin Muslim telah mengabarkan kepadaku dari Said bin Jubeir dari Ibnu Abbas bahwasanya tidaklah y ang tersisa dari luh-luh itu kecuali hanya seperenamnya. Al Amaliqah yang merampas tabut ituâ"al amaliqah adalah suatu kelompok yang memusuhi mereka dan berada di Arihaâ"kemudian malaikat membawa tabut itu antara langit dan bumi dan mereka melihat kearahnya sehingga tabut itu diletakkan dihadapan Thalut. Ketika mereka menyaksikan hal itu maka berkata,âYaâ Mereka pun menerima Thalut dan menjadikannya raja. Ibnu Abbas mengatakan,âNabi-nabi dahulu ketika berperang maka membawa tabut ke hadapan mereka.â.. dan ada riwayat yang sampai kepadaku bahwa tabut serta tongkat Musa berada di danau Thobariyah, dan keduanya akan dikeluarkan sebelum hari kiamat.
Sebagian yang lain mengatakan bahwa tabut itu berada di daratan. Musa as memberikannya kepada Yusaâ yang kemudian dibawa malaikat dan diletakkannya di rumah Thalut.
Abu Jaâfar mengatakan bahwa pendapat pertamalah yang benar, yaitu yang dikatakan Ibnu Abbas dan Wabah bin Munbih bahwa tabut itu berad a di tangan musuh Bani Israil yang telah merampasnya. Yang demikian itu adalah sebagaimana disebutkan Allah swt ketika menginformasikannya kepada nabi-Nya pada waktu itu dengan perkataanya kepada kaumnya : âSesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah kembalinya tabut kepadamuâ Alif dan Laam, keduanya tidaklah ada pada kata benda kecuali ia adalah yang telah dikenal oleh orang-orang yang menjadi lawan bicaranya. Artinya Yang menginformasikan dan yang mendapat informasi sudah sama-sama mengenalnya (benda itu). Dan telah diketahui bahwa arti perkataan âSesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah kembalinya tabut kepadamuâ adalah tabut yang sudah kalian kenal, yang kalian meminta pertolongan dengannya, yang didalamnya terdapat ketenangan dari Tuhan kalian.
Adapun bentuk tabut itu adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Muhammad bin Askar dan al Husein bin Yahya, keduanya berkata,âAbdur razaq telah menginformasikan kepada kami dengan berkata,â Bakar bin Abdullah telah menginformasikan kami dan berkata,âKami telah bertanya kepada Wahab bin Munbih tentang tabut Musa : sebesar apa? Dia menjawab,âKira-kira 3 X 2 hasta.â
Abu Jaâfar mengatakanâ"setelah memaparkan beberapa pendapatâ"tentang makna âketenanganâ bahwa ia adalah seperti yang dikatakan Atho bin Abi Rabah, yaitu sesuatu yang menenangkan jiwa berupa ayat-ayat yang kalian ketahui dan kata âas sakinahâ adalah perkataan orang arab seperti âal faiilahâ, dari perkataan seorang yang mengatakan,âSakana fulan ilaa kadza wa kadzaââ"ia merasa tenang dengannya dan jiwanya merasa tentram disisinya. (Tafsir Ath Thobari juz V hal 316 â" 336)
Sulaiman bin Daudâ"di masa pemerintahannyaâ"memulai pembangunan Baitul Maqdis. Dia mengatakan,âSesungguhnya Allah swt telah memerintahkan ayahku, Daud agar membangun sebuah rumah (masjid) namun Daud terlalu disibukkan oleh berbagai peperangan. Kemudian Allah memberikan wahyu kepadanya,âAgar a nakmu Sulaiman yang membangun rumah dengan nama-Ku.â
Kemudian Sulaiman mengirim kayu dari pohon cemara dan cypress dan membangun Baitul Maqdis dengan batu dan mengokohkannya. Bagian interiornya menggunakan kayu yang diukir dan membuat haikal (altar) dari emas dengan berbagai peralatan didalamnya juga dari emas. Setelah itu Sulaiman menaikkan tabut yang berisi ketenangan itu dan meletakkannya di dalam haikal. (Tarikhul Yaâqubi hal 21)
Ibnu Khaldun mengatakan bahwa tabut itu diletakkan di haikal hingga waktu yang hanya Allah saja yang mengetahuinya kemudian Baitul Maqdis dihancurkan oleh Bukhtanshar setelah 300 tahun pembangunannya. Dia membakar taurat dan tongkat Musa serta meruntuhkan haikal serta menghamburkan batu-batunya.
Dan tatkala Raja-raja Parsia mengembalikan mereka lalu Uzairâ"seorang Nabi Bani Israilâ"membangunnya kembali pada masanya dengan dibantu oleh Bahman, raja Parsia, seorang kelahiran Bani Israil dari keturunan Bukhtan shar. (Muqoddimah Ibnu Khaldun, juz I hal 197)
Setelah haikal dihancurkan oleh Bukhtanshar, raja Babilonia, Iraq maka hingga sekarang tabut tersebut tidak ditemukan. Orang-orang Yahudi sekarang tengah mencari tabut ini yang mereka anggap sebagai muâjizat orang-orang Yahudi dan kiblat mereka yang hilang. Mereka meyakini apabila tabut itu berhasil ditemukan maka keagungan dan kejayaan mereka akan kembali dan dapat menguasai dunia lagi.
Wallahu Aâlam
0 komentar:
Posting Komentar